Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya
Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya - Hallo Sobat PapAffan - Seputar Dunia Teknologi Internet Dan Social Media, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Catatan, Artikel Tokoh, yang kami tulis ini dapat anda pahami.
Judul : Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya
link : Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya
Ternyata Banyak Orang Menganggap Pencapaian Pendidikan Maudy Ayunda Biasa Saja, Inilah Faktanya
Ayunda Faza Maudya (lahir di Jakarta, 19 Desember 1994; umur 26 tahun) adalah aktris dan penyanyi Indonesia.
Ia memulai kariernya dalam film Untuk Rena produksi Miles Films pada tahun 2006. Kemudian ia membintangi beberapa film seperti Perahu Kertas (2012), Refrain (2013), dan Habibie & Ainun 3 (2019).
Untuk karier musik, Maudy merilis album pertamanya pada tahun 2011, Panggil Aku. . . dengan singel hitsnya berjudul "Tiba Tiba Cinta Datang". Sejak saat itu Maudy telah merils tiga album: Panggil Aku. . . (2011), Moments (2015), dan Oxygen (2018). Ia juga kerap mengisi jalur suara dalam film-film yang ia bintangi(Wikipedia).
![]() |
Maudy Ayunda |
Pencapaian Pendidikan
SMP di Mentari International School
Ini sekolahnya:
Mentari International School |
Biaya:
Registrasi dan Tes: 600.000
Uang Bangunan / Uang Pangkal: 79.000.000
SPP per bulan: 8.250.000
Buku per tahun: 3.000.000
Kalau dia SMP disana tiga tahun kita hitung dulu:
Awal Masuk: 600.000 + 79.000.000 = 79.600.000
Tahun 1: 8.250.000 x 12 = 99.000.000 + 3.000.000 = 102.000.000
Tahun 2: 8.250.000 x 12 = 99.000.000 + 3.000.000 = 102.000.000
Tahun 3: 8.250.000 x 12 = 99.000.000 + 3.000.000 = 102.000.000
Total: 385.600.000 (Catatan: bahkan SPP sebenarnya selalu naik setiap tahun kalau di sekolah international. Jadi, ini harga bahkan lebih dari ini. Belum lagi biaya makannya di kantin, acara field trip dan lomba-lomba keluar negeri yang pastinya tidak gratis, dan biaya biaya kecil lainnya).
Lalu sekarang..!
SMA nya yang di British School Jakarta
Ini sekolahnya:
British School Jakarta Nampak Atas |
British School Jakarta |
Biaya:
Registrasi dan tes: 4.000.000
Uang Gedung / Uang Pangkal: 85.000.000
SPP per bulan kelas 10: 31.050.000
SPP per bulan kelas 11 dan 12: 34.000.000
Dia SMA tiga tahun di sana berarti totalnya:
Awal masuk: 4.000.000 + 85.000.000 = 89.000.000
Tahun 1: 31.050.000
Tahun 2: 34.000.000
Tahun 3: 34.000.000
Total: 1.277.600.000 (Note: Saya belum hitung biaya bukunya karena tidak ketemu datanya. Belum lagi biaya field trip dll, dan pastinya kantinnya jauh lebih mahal daripada yang Mentari.)
Tambahan: BSJ dan MISJ ini sama-sama berkurikulum IB (International Baccalaureate). IB Exam, tidak seperti Ujian Nasional (UN) atau ujian-ujian nasional lainnya merupakan ujian yang sangat mahal juga. Untuk Maudy Ayunda agar bisa masuk Oxford, ia harus mengeluarkan uang sebesar $119 (kurang lebih 2.000.000 / subject) sementara untuk masuk sana harus ada minimal 3 subject jadi total kurang lebih 6.000.000 untuk IB Exam nya sendiri. Untuk mendaftar ke Oxford, dia juga harus lewat UCAS yang akan mencharge biaya sebesar kurang lebih 1.500.000/jurusan, dan harus mendaftar ke 5 jurusan dari universitas yang berbeda jadi total 12.500.000.
Dan betul sekali ! 2 sekolah di atas adalah salah dua dari sekolah-sekolah termahal di Indonesia. Keturunan para konglomerat, sebut saja cucu-cucunya Aburidzal Bakrie, sekolah disitu. Cucu dari penguasa negeri ini yang lain termasuk Jusuf Kalla dan Luhut Pandjaitan. Ya, cucu dari dua tokoh tersebut juga sekolah di sekolah ini. Jadi sekarang sudah tahu ya seberapa privilegednya Maudy Ayunda dan kenapa dia jauh lebih mudah masuk ke Oxford dan Stanford. Karena dari awal memang sudah punya tiket untuk masuk kesana. Belum lagi kemampuan bahasa Inggris yang sudah dibiasakan sejak dini.
Belum lagi biaya transportasi udara, VISA, biaya hidup di Oxford yang sangat mahal, rental dormitori, dll. Totalnya mungkin bisa 300.000.000 sendiri per tahunnya.
Sekarang kita lihat
Oxford University
Oxford |
Yupp sangat classy yaa dan hanya untuk orang-orang pintar. Tapi ingat ! pintar dan harus tajir.
Biaya:
Karena Maudy Ayunda ambil jurusan PPE, kita cek biaya PPE saja ya untuk murid internasionalnya:
TOTAL PER TAHUN: £28.370 = 567.400.000
TOTAL KULIAH 3 TAHUN: £85.110 = 1.702.200.000
Sekarang kalau kita lihat University of Oxford sendiri, sebenarnya universitas ini sangat-sangat bukan hanya elit, tapi juga elitis. Hampir sangat sangat tidak mungkin bagi golongan kelas menengah sampai menengah bawah UK masuk Oxford. Dikatakan, 97% dari murid Oxford berasal dari sekolah swasta. Sementara, di UK sendiri hanya 6% dari total populasi anak dan remaja yang sekolah di sekolah swasta. Lantas, hanya sangat sedikit orang yang memang punya peluang masuk kesana.
Bukan berarti anak sekolah negeri lebih bodoh sih, cuma kalau dilihat-lihat, memang anak-anak sekolah negeri dan/atau kelas menengah sampai menengah kebawah tidak se-privileged mereka yang dari kelas (bukan menengah atas) tapi ATAS.
Oke lah, Maudy Ayunda memang pintar, tapi terus apa? Tidak lebih hebat daripada anak para petani miskin di kampung yang bisa masuk universitas top di Indonesia. Jelas Maudy Ayunda punya peluang tinggi untuk masuk ke Oxford atau bahkan Stanford. Coba bayangkan kalau orang secerdas Maudy tidak berasal dari keluarga kaya? pasti dia tidak bisa masuk ke 2 universitas top tersebut.
Saya juga agak bermasalah dengan kenyataan bahwa Maudy Ayunda memakai biaya LPDP untuk kuliah di Stanford. Kenapa? Karena, LPDP ini adalah pajak yang dibayar rakyat. SANGAT SANGAT SALAH bagi seseorang sekaya Maudy Ayunda untuk berkuliah dengan menggunakan biaya tersebut. Memang betul, tidak ada aturan yang melarang dia. Memang betul dia pintar dan sanggup memenuhi persyaratan LPDP, namun permasalahannya jauh lebih kompleks daripada itu.
Dengan Maudy Ayunda ikut pemilihan LPDP, dia sudah menurunkan peluang orang lain (yang lebuh membutuhkan) atau bahkan (sangat miskin) untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Bahkan tanpa dia mendapat beasiswa, dia harusnya mampu membayar sendiri. Sementara orang-orang lain ini, mereka ingin sekali kuliah untuk apa? Untuk memperbaiki kehidupan mereka. Gaji saja tidak cukup untuk makanan apalagi kuliah.
Kalau anda bilang "Ya salah sendiri tidak sepintar Maudy Ayunda" loh, kan dari awal memang fasilitas penunjangngnya tidak ada. Ya kalah lah, starting pointnya saja sudah sangat berbeda. Contoh: Maudy Ayunda punya lebih banyak waktu luang untuk menyalurkan hobi-hobinya. Punya ruang belajar yang suasanannya lebih enak dan tenang, punya duit untuk beli buku dan mengakses lebih banyak sumber-sumber pengetahuan yang orang lain tidak punya. Secara otomatis, privilege dia akan mengganda, berkali-kali lipat. Sementara orang lain harus tersingkirkan . Karena mereka disadvataged, disadvantage mereka itu mengganda juga berkali-kali lipat.
Intinya, kalau anda se privileged Maudy Ayunda, sebenarnya ANDA BISA. Anda tidak terkenal dan tidak didamba2kan orang-orang bukan karena anda tidak hebat. Namun karena ana tidak berprivileged. Sudah sangat wajar kalau Maudy Ayunda bisa masuk Oxford, tidak ada yang wow sama sekali.
Mau disebut iri? Ya, tentu semua orang , kami yang tidak seberprivileged kalian yang tajir meilntir. Yang gaji sekolah kalian saja sudah lebih mahal daripada gaji setahun beberapa orang tua kami. Kesenjangan ini yang terus menerus berputar disebabkan pula oleh orang-orang seperti Maudy yang privileged dan kaya tapi tidaj menggunakan kekayaannya untu membiyai pendidikan sendiri dan malah memakai pajak rakyat yang melarat.
Sumber: Berbagai Media